Gambar Sampul Antropologi · Bab 3 Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Antropologi · Bab 3 Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Siany

22/08/2021 09:07:04

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

39

Bab

3

PENYELESAIAN MASALAH

AKIBAT KEBERAGAMAN

BUDAYA DI INDONESIA

S

udah sejak lama masyarakat Indonesia dikenal sebagai

masyarakat yang memiliki keberagaman budaya yang tinggi. Hal

tersebut tercermin dari semboyan negara Republik Indonesia, yaitu

Bhinneka Tunggal Ika

. Semboyan tersebut mengandung pesan bahwa

masyarakat Indonesia memiliki beraneka ragam perbedaan suku

bangsa, ras, etnik, dan budaya.

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu mengidentifikasi penyelesaian masalah akibat keberagaman budaya di Indo-

nesia.

2. Siswa mampu mengidentifikasi dampak keberagaman budaya di Indonesia.

3. Siswa mampu menganalisis alternatif penyelesaian masalah akibat keberagaman budaya di

Indonesia.

4. Siswa mampu menganalisis sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya

di Indonesia.

5. Siswa mampu mendeskripsikan pengembangan sikap toleransi dan empati sosial terhadap

keberagaman budaya di Indonesia.

Sumber :

Indonesian Heritage 2

Khazanah Antropologi SMA 1

40

Peta Konsep

Kata kunci

• dampak negatif keberagaman budaya

• dampak positif keberagaman budaya

• konflik sosial

• gerakan separatis

• etnopolitic conflict

• multikultural

• prinsip demokrasi

Penyelesaian

masalah

akibat

keberagaman

budaya di

Indonesia

Dampak

keberagaman

budaya di

Indonesia

Dampak

negatif

Dampak

positif

Kekayaan budaya

Identitas bangsa

Distribusi pendapatan dan sarana

ekonomi

Prinsip demokrasi

Nilai-nilai multikulturalisme

Interaksi lintas budaya

• interaksi lintas budaya

• toleransi sosial

• empati sosial

• integrasi sosial

• amalgamasi

• akulturasi

Konflik sosial

Dominasi kelompok

dominan

Sikap

toleransi

terhadap

keberagaman

budaya

Sikap toleransi dan empati sosial

Pengembangan toleransi dan

empati sosial

Alternatif

penyelesaian

masalah

keberagaman

budaya

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

41

Salah satu peristiwa yang terjadi pascapemerintahan orde baru

adalah terjadinya berbagai permasalahan sosial yang berujung pada

tindak kekerasan berbentuk konflik sara (suku, agama, ras, dan

antargolongan) dan gerakan separatis di beberapa daerah.

Terjadinya konflik sosial di berbagai daerah di Indonesia tersebut

menyadarkan masyarakat tentang perlunya melakukan perubahan

menuju arah yang lebih baik. Caranya, kita perlu memupuk sikap dan

perilaku yang mampu menghargai, memahami, dan peka terhadap potensi

kemajemukan, pluralitas bangsa, dalam bidang etnik, agama, dan budaya

yang ada di Indonesia. Tumbuhnya kesadaran tersebut merupakan salah

satu contoh nyata perilaku mendukung tata nilai kehidupan berbangsa

dan bernegara yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kerukunan,

dan perdamaian meskipun terdapat perbedaan sistem sosial budaya di

dalam masyarakat. Berbagai konflik sosial tersebut menunjukkan

perlunya ditetapkan sebuah kebijakan politik budaya oleh pemerintah

Indonesia. Kebijakan itu diharapkan mampu meredam konflik dalam

segala bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya

maupun agama dengan menonjolkan kekayaan, potensi-potensi

pengembangan, dan kemajuan keanekaragaman kebudayaan yang sejalan

dan mendukung berlakunya prinsip demokrasi dalam kehidupan

masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting mengembangkan sikap

simpati dan empati yang berorientasi pada pengembangan keberagaman

budaya dengan penegakan prinsip-prinsip persamaan.

ntropologia

A. Dampak Keberagaman Budaya di Indonesia

Dalam bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai potensi

keberagaman budaya di Indonesia. Yang menjadi sebuah pertanyaan

besar adalah dampak dari keberagaman budaya bagi integrasi bangsa.

Di dalam potensi keberagaman budaya tersebut sebenarnya

terkandung potensi disintegrasi, konflik, dan separatisme sebagai

dampak dari negara kesatuan yang bersifat multietnik dan struktur

masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural. Menurut David

Lockwood konsensus dan konflik merupakan dua sisi mata uang

karena konsensus dan konflik adalah dua gejala yang melekat secara

bersama-sama di dalam masyarakat. Sejak merdeka pada tanggal 17

Salah satu langkah untuk mewujudkan

kehidupan sosial budaya yang menjunjung

tinggi toleransi dan kerukunan adalah

dengan pembentukan lembaga atau

asosiasi yang melibatkan segala elemen

masyarakat seperti pembentukan pa-

guyuban atau kerja sama antarkelompok

budaya.

Khazanah Antropologi SMA 1

42

Agustus 1945, Indonesia selalu diwarnai oleh

gerakan separatisme, seperti gerakan sepa-

ratis DI/TII dan RMS di Maluku. Gerakan

tersebut saat ini juga berlangsung di Provinsi

Papua yang dilakukan oleh OPM (Organisasi

Papua Merdeka) di provinsi paling timur di

Indonesia tersebut.

Karena struktur sosial budayanya yang

sangat kompleks, Indonesia selalu berpotensi

menghadapi permasalahan konflik antar-

etnik, kesenjangan sosial, dan sulitnya terjadi

integrasi nasional secara permanen. Hal

tersebut disebabkan adanya perbedaan

budaya yang mengakibatkan perbedaan

dalam cara pandang terhadap kehidupan

politik, sosial, dan ekonomi masyarakat.

Menurut Samuel Huntington, Indonesia

Sumber:

www.tempointeraktif.com

Gambar 3.1 Dampak gerakan separatisme di

Indonesia

adalah negara yang mempunyai potensi disintegrasi paling besar setelah

Yugoslavia dan Uni Soviet pada akhir abad ke-20. Menurut Clifford

Geertz apabila bangsa Indonesia tidak mampu mengelola keaneka-

ragaman etnik, budaya, dan solidaritas etniknya maka Indonesia akan

berpotensi pecah menjadi negara-negara kecil. Misalnya, potensi

disintegrasi akibat gerakan Organisasi Papua Merdeka yang

menginginkan kemerdekaan Provinsi Papua dari Indonesia.

Pola kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi

dua. Pertama, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat

(

custom differentiation

) karena adanya perbedaan etnik, budaya, agama,

dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan

struktural (

structural differentiation

) yang disebabkan oleh adanya

perbedaan kemampuan untuk mengakses potensi ekonomi dan politik

antaretnik yang menyebabkan kesenjangan sosial antaretnik.

Sebagai masyarakat majemuk, Indonesia memiliki dua ke-

cenderungan atau dampak akibat keberagaman budaya tersebut, antara

lain sebagai berikut.

1.

Berkembangnya perilaku konflik di antara berbagai kelompok etnik.

2.

Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan utama yang

mengintegrasikan masyarakat.

rungan masing-masing kelompok kultural

untuk terorganisasi secara politik akan

menciptakan sentimen primordial dan me-

ngembangkan politik aliran yang dapat

mengancam integrasi nasional.

awasan Kebhinekaan

Kemajemukan masyarakat Indonesia

merupakan potensi yang memperkaya

budaya nasional. Namun, di sisi lain di

dalam kemajemukan juga tersimpan

potensi disintegrasi nasional. Kecende-

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

43

Namun, kemajemukan masyarakat tidak

selalu menunjukkan sisi negatif saja. Pada

satu sisi kemajemukan budaya masyarakat

menyimpan kekayaaan budaya dan khazanah

tentang kehidupan bersama yang harmonis

apabila integrasi masyarakat berjalan dengan

baik. Pada sisi lain, kemajemukan selalu

menyimpan dan menyebabkan terjadinya

potensi konflik antaretnik yang bersifat

laten

(tidak disadari) maupun

manifes

(nyata) yang

disebabkan oleh adanya sikap etnosentrisme,

primordialisme, dan kesenjangan sosial.

Salah satu gejala yang selalu muncul

dalam masyarakat majemuk adalah ter-

jadinya

ethnopolitic conflict

berbentuk

gerakan separatisme yang dilakukan oleh

kelompok etnik tertentu.

Etnopolitic conflict

dapat dilihat dari terjadinya kasus Gerakan

Aceh Merdeka (GAM). Gerakan perlawanan

ini bukan hanya timbul karena didasari oleh

adanya ketidakpuasan secara politik masya-

rakat Aceh yang merasa hak-hak dasarnya

selama ini direbut oleh pemerintah pusat.

Selama ini rakyat Aceh merasa terpinggirkan

untuk mendapatkan akses seluruh kekayaan

alam Aceh yang melimpah ditambah adanya

sikap primordialisme dan etnosentrisme

masyarakat Aceh yang sangat kuat.

Pola

etnopolitic conflict

dapat terjadi dalam dua dimensi, yaitu

pertama, konflik di dalam tingkatan ideologi. Konflik ini terwujud dalam

bentuk konflik antara sistem nilai yang dianut oleh pendukung suatu

etnik serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial. Kedua, konflik yang

terjadi dalam tingkatan politik. Konflik ini terjadi dalam bentuk

pertentangan dalam pembagian akses politik dan ekonomi yang terbatas

dalam masyarakat.

Perbedaan kesejarahan, geografis, pengetahuan, ekonomi, peranan

politik, dan kemampuan untuk mengembangkan potensi kebudayaannya

sesuai dengan kaidah yang dimiliki secara optimal sering menimbulkan

dominasi etnik dalam struktur sosial maupun struktur politik, baik dalam

tingkat lokal maupun nasional. Dominasi etnik tersebut pada akhirnya

melahirkan kebudayaan dominan (

dominant culture

) dan kebudayaan

tidak dominan (

inferior culture

) yang akan melahirkan konflik antaretnik

yang berkepanjangan. Dominasi etnik dan kebudayaan dalam suatu

masyarakat apabila dimanfaatkan untuk kepentingan golongan selalu

melahirkan konflik yang bersifat horizontal dan vertikal.

ktivita:

Kecakapan Sosial

Indonesia pernah dilanda konflik

bernuansa sara yang terjadi di Sampit,

Ambon, dan Poso. Diskusikan faktor

penyebab terjadinya konflik sosial

tersebut bersama teman sekelompok

Anda yang berasal dari berbagai latar

belakang dan gender. Carilah keterangan

mengenai akar penyebab konflik sosial

tersebut di majalah, koran atau internet

untuk menambah wawasan Anda. Selan-

jutnya, tulis kesimpulan diskusi kelompok

Anda pada selembar kertas untuk dinilai

guru.

Sumber:

freeacheh.info

Gambar 3.2 Gerakan separatis GAM

Khazanah Antropologi SMA 1

44

B. Alternatif Penyelesaian Masalah Keberagaman Budaya di

Indonesia

Berbagai persoalan yang timbul akibat keberagaman budaya bangsa

Indonesia yang plural dan majemuk ini memerlukan sebuah model

penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak sehingga konflik

sosial yang selama ini berkembang dapat diminimalkan. Sebuah

masyarakat yang memiliki karakteristik heterogen pola hubungan sosial

antarindividunya di dalam masyarakat, harus mampu mengembangkan

sifat toleransi dan menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara

damai satu sama lain dengan menerima setiap perbedaan-perbedaan yang

melekat pada keberagaman budaya bangsa. Oleh karena itu, diperlukan

sebuah konsep yang mampu mewujudkan situasi dan kondisi sosial yang

penuh kerukunan dan perdamaian meskipun terdapat kompleksitas

perbedaan. Kebesaran kebudayaan suatu bangsa terletak pada kemam-

puannya untuk menampung berbagai perbedaan dan keanekaragaman

kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang dilandasi suatu ikatan keber-

samaan.

Salah satu pengembangan konsep toleransi terhadap keberagaman

budaya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang multikultural

dengan bentuk pengakuan dan toleransi, terhadap perbedaan dalam

kesetaraan individual maupun secara kebudayaan. Dalam masyarakat

multikultural, masyarakat antarsuku bangsa dapat hidup berdampingan,

bertoleransi, dan saling menghargai. Nilai budaya tersebut bukan hanya

merupakan sebuah wacana, tetapi harus dijadikan pedoman hidup dan

Bangsa Indonesia pada saat ini dikenal

sebagai bangsa yang kental dengan

budaya kekerasan. Misalnya, terjadinya

konflik bernuansa sara di berbagai daerah,

tawuran antarkelompok, dan kerusuhan

massa di berbagai daerah. Bagaimana

pendapat Anda mengenai citra Indonesia

tersebut? Apa yang bisa Anda lakukan

untuk mencegah budaya kekerasan ter-

sebut? Renungkan dan tuliskan pendapat

Anda dalam buku kerja untuk dikumpulkan

kepada guru.

awasan Etos Kerja

Ciri khas masyarakat majemuk seperti keanekaragaman suku bangsa

telah menghasilkan adanya potensi konflik antarsuku bangsa dan antara

pemerintah dengan suatu masyarakat suku bangsa. Potensi-potensi

konflik tersebut merupakan permasalahan yang ada seiring dengan sifat

suku bangsa yang majemuk. Selain itu, pembangunan yang berjalan

selama ini menimbulkan dampak berupa terjadinya ketimpangan regional

(antara Pulau Jawa dengan luar Jawa), sektoral (antara sektor industri

dengan sektor pertanian), antarras (antara pribumi dan nonpribumi), dan

antarlapisan (antara golongan kaya dengan golongan miskin).

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

45

nilai-nilai etika dan moral dalam perilaku

masyarakat Indonesia. Dalam prinsip mul-

tikulturalisme ini penegakan prinsip-prinsip

demokrasi menjadi tujuan utama nilai-nilai

sosial.

Salah satu ciri masyarakat multikultur

adalah pengakuan terhadap kesetaraan dalam

perbedaan. Melalui pendekatan multikultur

setiap kebudayaan dan antarkelompok

masyarakat dipandang mempunyai cara

Masyarakat demokratis adalah masyarakat

yang menggunakan konsep demokrasi

sebagai pedoman bagi kehidupan ber-

bangsa dan bernegara dengan didukung

oleh pranata-pranata sosial masyarakat.

Prinsip demokrasi hanya dapat berkem-

bang dan hidup secara mantap dalam

sebuah masyarakat yang mempunyai

toleransi terhadap perbedaan-perbedaan

karena adanya kesetaraan dalam ke-

majuan dan kesejahteraan hidup masya-

rakatnya.

awasan Kebhinekaan

Dalam melaksanakan prinsip demokrasi terdapat beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, sistem negara menganut

prinsip demokrasi partisipatif. Dalam sistem demokrasi partisipatif,

hukum adalah supremasi tertinggi dengan tidak memihak pada

kelompok tertentu. Semua kelompok masyarakat, baik mayoritas atau

minoritas, kaya atau miskin dikendalikan melalui prinsip-prinsip

hukum yang objektif. Kedua, adanya distribusi pendapatan dan sarana

ekonomi yang relatif merata. Artinya, tidak terjadi ketimpangan sosial

ekonomi antarlapisan, golongan, dan daerah. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa faktor ekonomi dan politik sangat penting dalam

mengelola masyarakat majemuk tersebut.

Selain itu, alternatif penyelesaian keberagaman budaya yang ada di

Indonesia dilakukan melalui interaksi lintas budaya dengan

mengembangkan media sosial, seperti pengembangan lambang-lambang

komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang disepakati dan

diterima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka

acuan bersama. Sebenarnya interaksi lintas budaya bagi masyarakat In-

donesia yang tersebar di Kepulauan Nusantara bukan merupakan hal

yang baru. Jauh sebelum kedatangan orang Eropa, mobilitas penduduk

di Kepulauan Nusantara tersebut cukup tinggi yang tercermin dalam

toponomi perkampungan suku bangsa atau golongan sosial perkotaan

di Indonesia. Gejala tersebut bukan hanya membuktikan betapa tingginya

ktivita:

Kecakapan Akademik

Carilah satu artikel yang bertema

kemajemukan, gerakan separatisme,

konflik sosial, integrasi nasional, dan

gerakan multikulturalisme di buku,

majalah, atau internet. Rangkumlah

artikel tersebut menjadi laporan singkat

untuk dikumpulkan pada guru.

hidupnya sendiri-sendiri yang harus dipahami dari konteks masyarakat

dan kebudayaan yang bersangkutan.

Khazanah Antropologi SMA 1

46

Sumber:

Masa Menjelang Revolusi

Gambar 3.3 Toponomi perkampungan masa kolonial

Berdasarkan pola-pola pemukiman yang tercermin dalam toponomi

perkampungan suku bangsa terdapat pola pembagian kerja yang cukup

rapi antara anggota suku bangsa dan golongan sosial yang membentuk

corporate group

perkotaan Indonesia di masa lampau. Pembagian kerja

atau spesialisasi yang menjadi sumber mata pencaharian yang ditekuni

oleh masing-masing kelompok suku bangsa atau golongan sosial tersebut

telah mendorong mereka untuk mendirikan perkampungan yang

memberikan kesan eksklusif. Walaupun perkampungan eksklusif

kesukuan ataupun golongan tersebut kini telah berkurang (

survival

),

namun dalam perkembangan di perkotaan nampak adanya kecende-

rungan para pendatang baru untuk hidup berkelompok dalam suatu

perkampungan. Hal ini didorong oleh adanya kesamaan profesi.

Misalnya, di kota Surakarta terdapat perkampungan batik Laweyan,

perkampungan Islam Kauman atau perkampungan pecinan.

mobilitas penduduk di masa lampau, melainkan juga mencerminkan adanya

pola-pola interaksi sosial lintas budaya.

C. Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keberagaman

Budaya di Indonesia

Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia, para pendiri negara telah

menyadari akan arti pentingnya pengembangan kerangka nilai atau etos

budaya yang dapat mempersatukan masyarakat Indonesia yang bersifat

majemuk. Kesadaran tersebut dituangkan dalam UUD 1945, Pasal 32

yang berbunyi,”pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indone-

sia”. Hal tersebut diperkuat dalam penjelasan UUD 1945, ”Kebudayaan

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

47

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka I

Gambar 3.4 Para pendiri negara

ktivita:

Kecakapan Personal

Tuntutan otonomi di berbagai daerah

di Indonesia seperti di wilayah Aceh dan

Papua semakin berkembang pada masa

reformasi. Apa pertimbangan munculnya

otonomi daerah dari sudut perbedaan bu-

daya? Apakah otonomi daerah merupa-

kan wujud toleransi yang dikembangkan

negara? Carilah informasi dari berbagai

sumber! Uraikan analisis Anda mengenai

masalah tersebut di depan kelas!

bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya

rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli

yang terdapat sebagai puncak-puncak di daerah di seluruh Indone-

sia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus

menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak

menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat

memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri

serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”

Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia

merupakan masyarakat yang terdiri atas

kelompok-kelompok suku, agama, daerah,

dan ras yang beraneka ragam. Hal ini merupa-

kan ciri khas masyarakat Indonesia sehingga

Indonesia disebut sebagai masyarakat ma-

jemuk.

Pada beberapa kelompok adat yang ketat,

membedakan antarwarga dengan bukan

warga. Kehadiran orang asing dilalui dengan

mengadakan upacara adopsi untuk mem-

permudah perlakuan, kecuali kalau yang

bersangkutan akan tetap diperlakukan sebagai

orang luar atau musuh. Hal tersebut tercermin

dalam upacara penyambutan pejabat di daerah

Tapanuli di masa lampau. Para tamu tersebut

biasanya disambut dengan upacara adat yang

memperjelas kedudukannya dalam struktur

sosial masyarakat Batak yang terikat dalam

hubungan perkawinan tiga marga (

dalihan na

tolu

). Pada adat perang suku Dani di pegu-

nungan Jayawijaya, di luar kelompok kerabat

patrilineal, hubungan kekerabatan berasal dari

kelompok sosial yang sangat kuat sehingga

untuk mempermudah perlakuan terhadap or-

ang asing maka upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan terhadap

tamu asing yang dihorma

ti. Selain itu, di masa lampau, untuk mensah-

kan kewenangan Gubernur Jenderal van Imhoff sebagai wakil ratu, B

elanda

mengundang raja Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram. Beliau

diberi gelar sebagai Kanjeng Eya

ng Paduka Tuan Gubernur Jenderal untuk

menunjukkan senioritas dalam struktur sosial.

Khazanah Antropologi SMA 1

48

D. Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap

Keberagaman Budaya di Indonesia

Untuk memelihara kesetiakawanan sosial maka suatu kelompok

suku bangsa biasanya mengembangkan simbol-simbol yang mudah

dikenal, seperti bahasa, adat istiadat, dan agama. Setiap suku bangsa

tersebut merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu. Simbol

ini diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya

dan berfungsi sebagai media untuk memperkuat kesetiakawanan sosial

mereka.

Di Indonesia terdapat suku bangsa dan golongan sosial yang terlibat

dalam interaksi lintas budaya secara serasi sehingga melahirkan suku-

suku bangsa baru. Ini merupakan hasil amalgamasi atau asimilasi budaya.

Salah satu bentuk amalgamasi budaya yang melahirkan suku bangsa

baru adalah yang terjadi di Batavia. Penduduk Batavia yang berdatangan

dari berbagai tempat dengan memiliki keanekaragaman latar belakang

kebudayaan tersebut berhasil dipersatukan dalam kebudayaan Betawi

yang dipimpin oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahun 1923.

Selanjutnya, setiap kelompok suku bangsa maupun golongan yang ada

menanggalkan simbol-simbol kesukuan mereka dan mengembangkan

simbol-simbol kesukuan baru serta memilih agama Islam sebagai me-

dia sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial.

1.

Proses Integrasi Budaya

Pada masa pendudukan Jepang juga terjadi proses integrasi

budaya di Indonesia. Jepang yang berusaha meraih simpati dari

rakyat Indonesia, dengan mensahkan penggunaan bahasa Indonesia

sebagai bahasa resmi maupun dalam pergaulan sosial sehari-hari.

Pengaruh kebijakan tersebut sangat besar dalam pengembangan

budaya kesetaraan pada masyarakat Indonesia. Keputusan Jepang

untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi

tersebut bukan hanya mengukuhkan media sosial yang diperlukan

melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial,

yaitu pemakaian bahasa Belanda pada masa penjajahan Belanda.

Jasa lain penjajah Jepang yang tidak boleh diabaikan adalah

pembentukan organisasi rukun tetangga (RT) sebagai organisasi

sosial di tingkat lokal. Tujuannya untuk mempersatukan segenap

warga masyarakat tanpa memandang asal usul kesukuan, golongan,

dan latar belakang kebudayaan. Konsep ketetanggaan tersebut akan

memainkan peranan penting dalam menciptakan wadah sosial yang

dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman warga, bebas dari

kecurigaan, dan prasangka etnik, ras, dan golongan.

2.

Sikap Toleransi dan Empati terhadap Keberagaman Budaya

Agar menghindarkan kecenderungan dominasi suatu suku

bangsa terhadap suku bangsa lainnya maka harus ditingkatkan rasa

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

49

Sumber:

http://imp.iss.edu

Gambar 3.5 Simbol Budaya Betawi

toleransi dan empati terhadap keberagaman Indonesia. Misalnya,

proyek pencetakan sejuta hektar sawah lahan gambut yang telah

dibatalkan. Apabila proyek ini dilaksanakan dapat menjurus ke arah

dominasi kebudayaan petani sawah dari Jawa yang dipaksakan

kepada suku Dayak dan kebudayaannya yang dianggap kurang

sesuai dengan arus pembangunan.

3.

Penerapan Pendekatan Multikultural

Pengembangan model pendidikan yang

menggunakan pendekatan multikultural

sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-

nilai pluralitas bangsa. Sikap simpati,

toleransi, dan empati akan tertanam kuat

melalui pendidikan multikultural. Masya-

rakat menyadari akan adanya perbedaan

budaya dan memupuk penghayatan nilai-

nilai kebersamaan sebagai dasar dan pan-

dangan hidup bersama.

Melalui pendidikan multikultural, sejak

dini anak didik ditanamkan untuk menghar-

gai berbagai perbedaan budaya, seperti etnik,

ras, dan suku dalam masyarakat. Keserasian

sosial dan kerukunan pada dasarnya adalah

sebuah mozaik yang tersusun dari kebe-

ragaman budaya dalam masyarakat. Melalui

pendidikan multikultural, seorang anak

dididik untuk bersikap toleransi dan empati

terhadap berbagai perbedaan di dalam masyarakat. Kesadaran akan

kemajemukan budaya dan kesediaan untuk bertoleransi dan

berempati terhadap perbedaan budaya merupakan kunci untuk

membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Penerapan sikap

toleransi dan empati sosial yang dilakukan oleh individu dalam

masyarakat akan mencegah terjadinya berbagai konflik sosial yang

merugikan berbagai pihak.

Masyarakat Jawa terkenal akan pem-

bagian golongan-golongan sosialnya.

Pakar antropologi yang ternama, Clifford

Geertz, pada tahun 1960 membagi masya-

rakat Jawa menjadi tiga kelompok, yaitu

kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurut

Geertz kaum santri adalah penganut

agama Islam yang taat, kaum abangan

adalah penganut Islam secara nominal

atau penganut Kejawen, sedangkan kaum

priyayi adalah kaum bangsawan. Namun,

dewasa ini pendapat Geertz banyak

ditentang karena ia mencampur golongan

sosial dengan golongan kepercayaan.

Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan

untuk menggolongkan orang-orang luar,

yaitu orang Indonesia lainnya dan suku

bangsa nonpribumi, seperti orang ketu-

runan Arab, Tionghoa, dan India.

awasan Kebhinekaan

Khazanah Antropologi SMA 1

50

angkuman

Dampak keberagaman budaya di In-

donesia adalah berkembangnya perilaku

konflik di antara kelompok etnik dan

pemaksaan kelompok kuat sebagai ke-

kuatan utama yang mengintegrasikan

masyarakat. Hal ini memunculkan kebu-

tuhan untuk mengembangkan prinsip

relativisme budaya yang merupakan

penyadaran akan persamaan dalam

memandang kebudayaan sehingga mam-

pu meminimalisir konflik. Sebagai negara

yang terdiri atas berbagai elemen budaya

yang berbeda, memunculkan berbagai

konflik dan ketegangan karena adanya

berbagai perbedaan suku bangsa, ras,

agama, dan golongan. Sejak zaman

dahulu telah dilakukan interaksi lintas

budaya dimana masing-masing budaya

lokal memiliki karakteristik budaya ter-

sendiri, namun mampu hidup berdam-

pingan dalam kelompok masyarakat.

Misalnya, di daerah perkotaan yang

umumnya masyarakat heterogen terikat

oleh satu pranata sosial, yaitu rukun

tetangga (RT). Sistem ini merupakan salah

satu usaha pemerintah untuk menguatkan

ikatan kebersamaan masyarakat. Oleh

karena itu, diperlukan model penyelesaian

masalah akibat keberagaman budaya yang

dapat diterima oleh semua elemen budaya

karena perbedaan sistem sosial budaya

yang ada sehingga tidak menimbulkan

masalah baru.

Posisi strategis Indonesia yang berada

di dua benua, Asia dan Australia serta dua

samudra Pasifik dan Hindia merupakan

penyebab beragamnya budaya lokal yang

ada di Indonesia. Keberagaman budaya

yang berkembang di Indonesia ini meru-

pakan kenyataan sejarah sebagai bagian

proses kedewasaan bernegara. Salah satu

cara untuk menghargai budaya lokal yang

ada di Indonesia adalah bersikap empati

dan toleransi terhadap budaya lokal

tersebut. Penyadaran akan perbedaan

yang ada di masyarakat Indonesia merupa-

kan bagian penting dari tujuan pemba-

ngunan Indonesia pascaorde baru dengan

menerapkan konsep persamaan hak dan

demokratisasi dalam pendidikan multikul-

tural. Pendidikan multikultural memandang

semua budaya lokal sama sehingga tidak

ada kelompok dominan maupun kelompok

inferior untuk membangun sebuah jembat-

an komunikasi. Pendidikan ini diharapkan

mampu meredam disintegrasi bangsa.

Selain itu, sebuah wacana kebudayaan

nasional yang mengedepankan eksistensi

budaya lokal merupakan salah satu usaha

untuk menghargai perbedaan budaya.

Setelah mempelajari bab ini, Anda seha-

rusnya mampu memahami tentang:

1. wujud kebudayaan;

2. unsur-unsur kebudayaan;

3. prinsip holistik dalam memahami unsur-

unsur kultural universal.

Apabila masih terdapat materi yang belum

Anda pahami, pelajarilah kembali sebelum

melanjutkan ke bab berikutnya.

efleksi

Penyelesaian Masalah Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

51

ji Kompetensi

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda

silang (

x

) di depan huruf a, b, c, d, atau e!

1.

Masyarakat multikultural adalah masya-

rakat yang ....

a.

ditandai adanya jumlah penduduk

dalam jumlah besar

b.

terdiri dari keberagaman budaya

yang memiliki karakter unik dengan

berlandaskan kebersamaan

c.

terdiri atas kelompok-kelompok

yang memiliki pendapatan ekonomi

yang tinggi

d.

tinggal menetap di daerah-daerah

yang saling berjauhan

e.

memiliki potensi konflik yang

mengancam disintegrasi bangsa

2.

Walaupun banyak menghabiskan waktu,

tenaga, dan uang, tetapi masyarakat In-

donesia masih memegang nilai-nilai

budaya dengan menyelenggarakan

upacara-upacara adat. Hal tersebut

menunjukkan adanya gejala ....

a.

budaya kemiskinan bangsa Indone-

sia

b.

keterbelakangan masyarakat Indo-

nesia yang tidak mau berubah

c.

masyarakat Indonesia senang meng-

hambur-hamburkan uang

d.

kuatnya rasa primordialisme masya-

rakat Indonesia

e.

masih konservatifnya masyarakat

Indonesia

3.

Sikap menghargai perbedaan antara suku

bangsa dapat dilakukan dengan ....

a.

pendidikan multikultural

b.

intervensi negara

c.

ajaran agama

d.

tokoh masyarakat/adat

e.

kebudayaan nasional

4.

Dampak pengembangan sifat primor-

dialisme suku bangsa tertentu adalah ....

a.

terwujudnya integrasi bangsa

b.

terjadinya asimilasi dan akulturasi

c.

etnopolitic conflict

d.

berkembangnya kebudayaan domi-

nan suku bangsa tertentu

e.

peleburan dua kebudayaan menjadi

kebudayaan nasional

5.

Salah satu penyebab konflik antarsuku

bangsa adalah etnosentrisme yang kuat.

Yang dimaksud dengan etnosentrisme

adalah ....

a.

kecenderungan setiap kelompok

untuk percaya begitu saja akan

keunggulan kebudayaan sendiri

b.

adanya perbedaan ciri-ciri fisik

yang menjadi bawaan sejak lahir

c.

pandangan yang berdasarkan pada

prasangka

d.

penilaian terhadap bagian-bagian

kebudayaan lain dibandingkan

dengan kebudayaan asing

e.

peleburan kebudayaan menjadi satu

kebudayaan

6.

Sekelompok orang yang berasal dari

suku bangsa yang sama, daerah yang

sama, namun mereka memeluk agama

yang berbeda-beda, hal itu menunjukkan

adanya ....

a.

kerukunan beragama

b.

perbedaan persepsi

c.

lintas budaya

d.

integrasi nasional

e.

kekerabatan keluarga

Khazanah Antropologi SMA 1

52

7.

Ancaman terhadap kelestarian budaya

lokal oleh budaya globalisasi dunia

mengakibatkan ....

a.

hilangnya jati diri dan karakteristik

bangsa

b.

interaksi lintas budaya asing

c.

kesenjangan sosial budaya

d.

terwujudnya perdamaian dunia

e.

stereotip dan prasangka terhadap

budaya global

8.

Masyarakat yang terbentuk berdasarkan

lokalitas disebut masyarakat ....

a.

nuclear family

b.

extended family

c.

suku bangsa

d.

rukun tetangga

e.

komunitas

9.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia

yang majemuk tanpa disadari antarsuku

bangsa sering mengadakan interaksi

antarbudaya yang mempercepat ter-

jadinya ....

a.

integrasi bangsa

b.

amalgamasi

c.

asimilasi

d.

etnopolitic

e.

cross culture

10. Konflik yang terjadi antara suku bangsa

Dayak dan suku bangsa Madura dise-

babkan oleh faktor ....

a.

agama

b.

kesenjangan ekonomi

c.

perbedaan pendapat

d.

perebutan daerah kekuasaan

e.

perbedaan ras

B. Jawablah pertanyaan berikut ini secara singkat dan tepat!

1.

Deskripsikan tentang dampak sosial budaya yang timbul akibat kemajemukan bangsa

Indonesia!

2.

Deskripsikan mengapa di Indonesia sangat berpotensi untuk terjadinya konflik!

3.

Deskripsikan bagaimana cara mengembangkan sikap simpati dan empati terhadap

keberagaman budaya di Indonesia sehingga ancaman disintegrasi tidak terjadi!

4.

Deskripsikan apakah yang dimaksud dengan

etnopolitic conflict

!

5.

Deskripsikan alternatif sosial apa yang tepat bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi

kemajemukan budaya!

6.

Deskripsikan secara singkat upaya para pendiri negara Indonesia untuk mempersatukan

masyarakat Indonesia yang majemuk!

7.

Deskripsikan secara singkat manfaat pendidikan multikultural bagi pembentukan integrasi

bangsa!

8.

Deskripsikan pengertian pendidikan multikultural!

9.

Deskripsikan salah satu upaya untuk mengurangi dominasi budaya suku bangsa di In-

donesia!

10. Deskripsikan secara singkat simbol budaya bagi suatu suku bangsa!